Kisah H. Anif Tertuang Dalam Buku ‘Hidup Ihklas Tanpa Tipu Muslihat’

MEDAN Buku berjudul ‘Hidup Ihklas Tanpa Tipu Muslihat’ mengisahkan tentang perjalanan seorang tokoh dan pengusaha sukses Sumatera Utara (Sumut), H. Anif.

Banyak pengalaman berharga dan inspirasi di dalamnya. Karena itu ‘Hidup Ihklas Tanpa Tipu Muslihat’ kembali diangkat menjadi tema Webinar yang digelar Kognisi (Kompas Gramedia Learning & Insights) dengan Elex Media Komputindo, baru-baru ini. Seminar virtual itupun di ikuti para tokoh nasional dan ratusan orang peserta dari berbagai kalangan.

“Banyak pengalaman berharga. Dengan buku itu orang akan mengetahui seorang Haji Anif yang apa adanya, tidak ada yang di tutup-tutupi. Pertama sekali saya baca buku itu syok, karena terlalu vulgar menyebutkan nama orang. Karena di zaman seperti saat ini bisa jadi masalah, sehingga ada beberapa yang saya sortir,” ujar salah satu putra dari H Anif yang kini menjadi Wakil Gubernur Sumut (Wagubsu), Musa Rajekshah (Ijeck).

Di dalam buku itu juga di ceritakan tentang Ijeck yang sering diajak untuk ikut mengurusi perkebunan kelapa sawit milik sang ayah, namun selalu di tolaknya. Ijeck justru lebih memilih balap ketimbang mengurus perkebunan.

“Dari dulu Dadak (panggilan terhadap Ayah) selalu mengajak saya untuk mengurusi perkebunan sawit, tapi saya tidak pernah mau, karena prinsip saya harus punya usaha sendiri. Pernah ketika diajak rapat, saya tinggalkan dan lebih memilih ikut balapan,” ujar Ijeck yang mengikuti webinar dari Rumah Dinas Wagubsu.

Ijeck pun kukuh ingin membuka usaha sendiri, dimana bengkel adalah salah satu yang di pilihnya. Namun, usaha bengkelnya tidak berlangsung lama dan hanya bertahan dua tahun saja.

“Saya memutuskan buka bengkel. Dadak pun melarang karena nanti pasti susah ngurusnya, di tambah lagi kawan-kawan yang nge-bon payah di tagihnya, dan betul usaha bengkel saya hanya bertahan dua tahun. Namun belakangan baru saya sadari, banyak sekali hal bermanfaat yang sudah di ajarkan Dadak. Namun karena usia masih muda saat itu, jadi tidak berpikir panjang,” tambahnya.

Namun akhirnya, Ijeck menerima kepercayaan untuk mengurus usaha sarang burung walet. Hal itu di pilihnya karena memang sejak awal tidak suka kerja di kantoran, dan senangnya dengan alam dan berburu.

“Jadi pada tahun 1992 saya terima kepercayaan Dadak untuk mengurus sarang walet. Saya senang ngurusin walet karena harus datang ke hutan, melihat alam, jumpa dengan masyarakat desa. Seperti yang selalu Dadak bilang, usahakan kau senang dalam usaha mu itu,” tuturnya.

Salah satu pesan Dadak yang paling di ingat Ijeck adalah untuk selalu berbagi dengan masyarakat.

“Dimana pun tempat kau usaha, ibarat makan, jangan orang hanya cium bau makanannya saja, paling tidak bagi sedikit makanan mu itu agar orang juga bisa rasakan. Jangan kau yang kenyang orang sekeliling lapar, lama-lama nanti kau pun bisa di rampok orang. Itu salah satu pesan Dadak yang selalu saya ingat dalam membangun usaha,” ungkapnya.

Di sela-sela acara yang di ikuti oleh 400 orang lebih itu, Haji Anif pun menceritakan sedikit pengalaman hidupnya.

“Bapak saya itu kiyai hafiz Alquran. Dia itu orang yang tidak tahu dunia, tahu nya megang tasbih saja. Jadi ketika saya di usir dari rumah, dan saya pernah numpang nonton televisi ke rumah tetangga dan di tolak, itulah menjadi cambukan untuk saya agar menjadi sukses,” ujarnya.

Haji Anif juga mengatakan bahwa dalam hidup sangat penting hubungan pertemanan dan persaudaraan. Karena teman dan saudara itulah yang akan selalu menolong ketika mengalami suatu masalah.

“Karena dengan itu, ke mana pun kita ada masalah, apa pun bisa tertolong, karena hubungan baik itu akan membantu kita. Semua orang hidup pasti punya dosa, tapi kalau nipu jangan, mengambil hak orang jangan,” tambahnya.

Ketua Umum Pemuda Pancasila (PP), Japto S. Soerjosoemarno yang juga mengikuti Webinar tersebut mengaku punya kenangan dengan Haji Anif.

“Ada satu kelebihan dari sahabat saya ini sejak tahun 1972. Saya melihat beliau saat itu, dengan cara yang sangat tenang bisa menyelesaikan masalah. Apa pun yang sudah di perbuat berani mempertanggungjawabkannya. Itulah jiwa seorang pemimpin sejati dan itu yang saya contoh. Jadi beliau ini ada sosok sahabat, sekaligus kakak dan guru bagi saya,” ujarnya.

Tidak hanya itu, Japto pun memuji sifat kedermawanan Haji Anif.

“Yang di nikmatinya itu bukan hartanya, tapi beliau selalu memikirkan apa yang di milikinya bisa juga di nikmati oleh orang lain. Beliau banyak berbuat sosial, baik di kalangan agama dan membantu orang-orang susah,” tambahnya.

Sebelumnya, Maman Suherman yang membawakan acara tersebut memaparkan biografi singkat tentang Haji Anif. Di sebutkan, Haji Anif merupakan pengusaha sukses yang memiliki usaha kelapa sawit, sarang burung walet, bisnis properti dan lainnya.

“Semua orang sudah tahu dan mengenal itu. Di dalam buku, Pak Anif juga bercerita pernah di usir dari rumah bapaknya, sehingga bersama istri pernah hidup di rumah yang mirip kandang merpati. Itu yang membuat saya menggelengkan kepala membaca buku ini, yang isinya begitu lugas,” terangnya.

Maman pun menjelaskan bahwa Haji Anif pernah menjadi Anggota Pemuda Pancasila sejak 1967. Buku ini juga bercerita tentang perjalanan hidup Haji Anif secara blak-blakan tanpa ada yang di tutup-tutupi.

“Bahkan nama dan peristiwanya turut di paparkan dalam buku tersebut. Salah satu pesan yang saya ingat, bahwa prinsip Pak Anif, Mundur Menghadapi Kezaliman adalah Sebuah Kezaliman,” kata Maman.

Turut serta dalam Webinar tersebut para sahabat dan keluarga Haji Anif, seperti Puspo Wardoyo, Nuim Khaiyath, Kodrat Shah, Sultan Djorghi dan Anisa Trihapsari. (IP)