Pesantren Diharapkan Mampu Ciptakan Kemandirian Ekonomi

MEDAN Selain menjadi tempat untuk menimba ilmu dan membentuk karakter religius, ada begitu banyak potensi lain dari pesantren yang bisa mendatangkan manfaat besar.

Salah satunya, pengembangan unit-unit usaha yang mampu menciptakan kemandirian ekonomi. Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah yang terletak di Jalan Setia Budi, Simpang Selayang Medan Tuntungan, merupakan salah satu contoh yang telah berhasil menerapkan kemandirian ekonomi berbasis pesantren.

Hasilnya, antara lain mereka mampu membangun gedung asrama baru. Keswadayaan inipun diapresiasi Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah (Ijeck) saat meresmikan gedung asrama baru yang diberi nama Asrama Khadijah, Rabu (5/8/2020).

“Usai hadir peletakan batu pertama tahun lalu, saya heran kenapa tidak ada sebar proposal. Rupanya, didanai dengan hasil usaha pesantren, hebat ini. Pesantren mampu ciptakan kemandirian ekonomi,” ujar Ijeck yang disambut tepuk tangan meriah dari hadirin.

Pesantren dengan sistem manajemen yang baik, menurut Ijeck, bukan saja mampu melahirkan generasi penerus yang taat agama, tetapi juga bisa melahirkan solusi bagi permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Sehingga ketika para santri keluar dari pesantren nantinya, bisa meneruskan nilai-nilai bermanfaat yang diperoleh selama mondok.

“Salah satu harapan saya, selain bidang kewirausahaan, sektor ketahanan pangan juga bisa dikembangkan. Menumbuhkan makanan (menanam tanaman pangan) itu keahlian dasar yang harus kita miliki. Apalagi saat pandemi sekarang, ketahanan pangan itu vital dan kekuatan kita untuk bertahan,” tuturnya.

Kepada para santri dan santriwati, Ijeck juga berpesan agar bersungguh-sungguh dalam menimba ilmu dan menikmati semua proses selama tinggal di asrama.

“Saya sendiri kalau bisa diputar waktu, berkeinginan seperti kalian. Sekolah di pesantren, ilmu dunia dapat, ilmu akhirat juga,” ucapnya.

Direktur Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Solihin Adin sekaligus panitia pembangunan Gedung Asrama Santriwati Khadijah menyampaikan ucapan terima kasih atas perhatian Wagub Musa Rajekshah, dimulai dari peletakan batu pertama pembangunan pada tanggal 5 Juli 2019, sumbangan dana pembangunan, hingga peresmian hari ini.

“Akhirnya, menunggu 13 bulan gedung tiga lantai ini rampung dan akan ditempati 439 santriwati kita. Total biaya pembangunan senilai Rp.5,6 miliar, dimana 95% murni bersumber dari dana swadaya usaha  yang dikelola para santri dan guru,” jelas Solihin.

Adapun usaha-usaha yang dikembangkan oleh santri dan guru di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, terang Solihin, ada beberapa bidang usaha. Diantaranya laundry, toko pelajar, santri mart, warung pelajar, bakery atau usaha roti, dan produksi air minum kemasan ‘Raudhah’.

Ketua Umum Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Ilyas Tarigan menceritakan sekilas sejarah berdirinya. Berdiri pada tanggal 18 Oktober 1982, dulunya gedung-gedung masih dibangun dengan material kayu. Kawasan sekitarnya juga masih sunyi. Ke depan, Ilyas berharap bisa lebih berkembang lagi, melahirkan generasi yang dekat dengan Allah, berkah dan bermanfaat bagi masyarakat.

Kehadiran Wagubsu dan rombongan pun disambut meriah di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Medan. Wagub disambut dengan iringan drumband dan barisan santriwati di sepanjang jalan menuju Gedung Asrama Santriwati Khadijah.

Acara diawali dengan pembacaan ayat Alquran dan doa. Kemudian, memasuki acara inti yakni peresmian yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Wagubsu dengan disaksikan para petinggi pesantren. Kemudian, diakhiri dengan peninjauan gedung dan foto bersama. (IP)