Wisatawan Diajak Jajal Trekking di Wisata Ilmiah Aek Nauli

SIMALUNGUNKawasan Danau Toba memiliki banyak potensi wisata yang bisa menjadi destinasi bagi wisatawan. Selain danau supervolcano, juga ada wisata air, budaya, panorama hingga jungle trekking.

Salah satunya jungle trekking Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli, Simalungun. Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah yang mengunjungi wisata alam ini, beberapa waktu lalu, menilai tempat wisata jungle trekking KHDTK Aek Nauli memiliki potensi kunjungan wisatawan yang sangat besar. Lantas, ia pun menjajal jalur trekking alam sepanjang kurang lebih 3 km hingga ke puncak panorama Aek Nauli.

Jalur alami yang terdiri dari berbagai kontur itu melewati pemandangan yang memanjakan mata. Mulai dari sungai, air terjun kecil, pepohonan hutan yang lebat hingga puncak panorama. Puncak panorama berada di ketinggian kurang lebih 1.310 meter di atas permukaan laut (mdpl). Danau Toba sendiri berada di ketinggian kurang lebih 900 mdpl.

“Pemandangannya seperti lukisan dari atas sini. Ayo datang kemari ke Aek Nauli, jadi Danau Toba tidak hanya wisata danau saja,” kata Ijeck yang datang bersama istri Sri Ayu Mihari.

Kawasan Hutan Aek Nauli adalah salah satu ragam destinasi wisata yang bisa di kunjungi wisatawan. Dengan berbagai ragam tujuan wisata, di harapkan kunjungan wisatawan semakin banyak ke Danau Toba. Apalagi saat ini Danau Toba sudah di tetapkan menjadi kawasan UNESCO Geopark Caldera.

“Kaldera Toba sudah didengungkan menjadi salah satu geopark dunia oleh UNESCO. Ini patut kita syukuri karena tidak mudah menjadi anggota Unesco Geopark,” sebut Ijeck.

KHDTK sendiri diperuntukan sebagai tempat riset, pengembangan dan wisata. Sejak tahun 2017, Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli telah menggagas wisata ilmiah. Wisata tersebut menyajikan atraksi berupa edukasi. Misalnya tentang hasil hutan kayu, konservasi gajah, serta primata dan fauna yang ada di KHDTK Aek Nauli.

Di kawasan ini bahkan memiliki pinus terbesar di dunia (pinus merkusii) dengan diameter 1,5m dan di perkirakan berusia 200 tahun. Menurut Kepala Balai Litbang LHK Aek Nauli, Pratiara Lamin, tingkat polusi di kawasan Aek Nauli sangat rendah sekali. Ia menjelaskan indikatornya antara lain vegetasi di kawasan itu banyak di temui pacat hingga lumut.

Pratiara mengatakan pengunjung bisa datang dengan perseorangan maupun secara kelompok. Jumlah kunjungan pada tahun 2019 mencapai lebih dari 60 ribu. Balai Litbang LHK Aek Nauli pun menangkap ada segmen wisata minat khusus, yakni perkemahan, trekking, konservasi gajah, edukasi flora fauna dan lainnya.

“Artinya salah satu tujuan wisata ke depannya di Danau Toba tidak hanya wisata air atau budaya, tapi ada wisatawan yang tertarik untuk wisata minat khusus. Segmen itu yang kita tangkap. Jumlah pengunjung 60 ribu per tahun, itu berarti minat khusus itu cukup baik,” ungkap Pratiara.

Namun pada masa pandemi, pengunjung berkurang. KHDTK pun sempat di tutup beberapa saat. Namun pada awal Juni, KHDTK Aek Nauli di buka kembali dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.

“Kita mulai menerapkan, tidak bisa lagi mengumpulkan kerumunan,” kata Pratiara.

Salah seorang pengunjung yang juga aktor kenamaan nasional, Sultan Djorghi juga mengagumi keindahan Danau Toba. Ia mengangumi kawasan Aek Nauli yang memiliki taman wisata kera dan jungle trekking. Oleh sebab itu, Ia mengajak seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Sumut agar datang ke Danau Toba.

“Di puncak panorama itu, kita bisa melihat keindahan Danau Toba yang luar biasa. Saya harap seluruh masyarakat Indonesia, yuk kita bangkitkan lagi pariwisata Sumatera Utara karena luar biasa,” kata Sultan Djorghi. (IP)