Bupati Karo Himbau Masyarakat Berhati-hati Semburan Awan Panas

JELAJAHNEWS.ID, KARO – Erupsi Gunung Sinabung terjadi dengan tinggi kolom 5 Km dan arah abu vulkanik ke Timur Tenggara dan masih berlangsung sampai dengan saat ini, yang mengakibatkan 3 Kecamatan di sekitar Sinabung, yakni Naman Teran, Berastagi dan Kecamatan Merdeka terpapar abu vulkanik yang cukup tebal.

Hal ini disampaikan, Bupati Karo Terkelin Brahmana SH MH saat berada di Pos Pemantauan Gunung Sinabung kepada wartawan, Senin (10/8/2020).

“Sejumlah armada Pemadam Kebakaran milik Pemkab Karo sudah dikerahkan di Simpang Empat dan Berastagi untuk membersihkan paparan abu vulkanik yang cukup tebal di sejumlah jalan. Hal yang sama juga dilakukan PMI Kabupaten Karo,” ujar Bupati yang saat itu bersama Kapolres Karo AKBP Yustinus Setyo Indriono Sik SH, Dandim 0205 TK, Letkol Kav Yuli Eko Hadiyanto S.Sos.

Juga terlihat hadir Plt Kalak BPBD Karo Natanael peranginangin SH, dan Kakan Satpol PP Karo Hendrik Philemon Tarigan, Camat Simpang Empat Amsah peranginangin di Pos Pemantauan Sinabung Jalan Kiras Bangun Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat.

Terkelin Brahmana mengaku, akibat dampak erupsi Sinabung, lahan pertanian terpapar debu erupsi Sinabung yang mengakibatkan kerugian bagi petani di daerah itu, mengingat sejumlah tanaman hortikultura memasuki masa panen.

Lebih lanjut, Bupati Terkelin sudah menginstruksikan ke jajaran OPD bekerjasama dengan camat agar mendata seng atap rumah penduduk yang rusak dampak semburan abu vulkanik gunung Sinabung.

Aktivitas Gunung Api Sinabung sampai saaat ini masih berstatus siaga (Level III) dalam artian aktivitas Sinabung masih cukup tinggi. Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dingin, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak demikian juga erupsi susulan.

“Jauhi zona-zona bahaya yang sudah ditetapkan pemerintah, karena luncuran awan panas bisa kapan saja terjadi tanpa diketahui sebelumnya, potensi seperti itu harus diwaspadai,” kata Bupati Karo mengingatkan.

Wanto Sembiring (49), seorang warga Desa Naman kepada wartawan mengaku bahwa saat erupsi, desanya menjadi gelap gulita. Hal seperti itu juga terjadi saat erupsi yang terjadi hari Sabtu (08/08/2020) kemarin, sebutnya.

“Hujan debu disertai pasir dan seketika menjadi gelap gulita, agak mencekam juga. Namun karena hal seperti itu sudah sering dialami warga desa Namanteran beberapa tahun lalu saat Sinabung sering erupsi, sehingga warga menganggap biasa saja,” katanya.

Warga sekitar tidak berani ke luar rumah dan mengharapkan kepada instansi terkait segera dikerahkan untuk membersihkan abu vulkanik yang terkena ke atap seng rumah warga dan di badan jalan. (Jai)